Sebenarnya, aku
ingin jujur padamu. Betapa setiap malam kuingin menikmati nikmatnya
makan berdua, hanya denganmu. Kita akan duduk di meja makan menyantap
makanan kesukaan kita sambil kedua mata kita berpandangan mesra dengan
kaki kita bertautan di bawah meja. Seterusnya dan seterusnya.
Namun, engkau begitu jauh dariku. Sulit bagi kita memastikan kapan waktu yang tepat untuk bertemu dan saling melepaskan semua kerinduan yang sekian lama terpendam. Kita selalu ingin semua keinginan itu tak hanya terpatri di dalam dada saja. Bagaimana kalau salah satu dari kita harus meninggalkan dunia ini sementara kita belum bisa memenuhi hasrat masing-masing?
Tentu saja, kita tak ingin semua keindahan yang kita nanti itu akan sia-sia. Percuma kita menambatkan harapan besar untuk bersama jika salah satu dari kita harus pergi begitu cepat meninggalkan mimpi yang sebenarnya bisa kita wujudkan. Banyak harapan yang bisa diwujudkan dengan kesabaran dan rasa percaya yang kita tumbuhkan sendiri. Dan niscaya terwujud semua mimpi jika kita sendiri sudah tak punya keinginan mewujudkannya.
Rasa pesimis dalam diri kita sudah seharusnya kita tenggelamkan bersama asa yang kian menumpuk dalam jiwamu dan jiwaku. Kedua hati kita harus kita upayakan terus mampu menyimpan rasa yang sama hingga suatu hari kita bersatu dalam satu ikatan suci bernama pernikahan.
Namun, engkau begitu jauh dariku. Sulit bagi kita memastikan kapan waktu yang tepat untuk bertemu dan saling melepaskan semua kerinduan yang sekian lama terpendam. Kita selalu ingin semua keinginan itu tak hanya terpatri di dalam dada saja. Bagaimana kalau salah satu dari kita harus meninggalkan dunia ini sementara kita belum bisa memenuhi hasrat masing-masing?
Tentu saja, kita tak ingin semua keindahan yang kita nanti itu akan sia-sia. Percuma kita menambatkan harapan besar untuk bersama jika salah satu dari kita harus pergi begitu cepat meninggalkan mimpi yang sebenarnya bisa kita wujudkan. Banyak harapan yang bisa diwujudkan dengan kesabaran dan rasa percaya yang kita tumbuhkan sendiri. Dan niscaya terwujud semua mimpi jika kita sendiri sudah tak punya keinginan mewujudkannya.
Rasa pesimis dalam diri kita sudah seharusnya kita tenggelamkan bersama asa yang kian menumpuk dalam jiwamu dan jiwaku. Kedua hati kita harus kita upayakan terus mampu menyimpan rasa yang sama hingga suatu hari kita bersatu dalam satu ikatan suci bernama pernikahan.

Tidak ada komentar: